Rabu, 11 November 2015

Sadomasokisme

Pengertian Sadomasokisme
Sadomasokisme merupakan bentuk penyimpangan seksual melalui penyiksaan. Kata sadomasokis itu adalah gabungan dari sadis dan masokis. Sadis itu adalah suatu kelainan saat seseorang akan mengalami kenikmatan penuh saat menyakiti lawan jenisnya secara fisik dan psikis. Sementara, masokis adalah lawannya yaitu seseorang yang mendapatkan kenikmatan saat disakiti oleh pasangannya.
Penyebab sadomasokisme
Pemaparan seks yang prematur, atau traumatik, dalam bentuk penyiksan seksual masa anak-anak. Kira-kira 75 persen laki-laki yang diterapi di National Institute for Study, Prevention, and Treatment Sexual di Baltimore, adalah korban penyiksaan seksual pada masa anak-anaknya. Karena alasan yang masih belum dimengerti, jika seorang anak perempuan disiksa, mereka lebih sering terinhibisi secara seksual. Sedangkan anak laki-laki yang disiksa cenderung mewujudkan perilaku parafilia.
Supresi berlebihan terhadap keingintahuan alami tentang seks, karena alasan religius atau alasan lain. Anak laki-laki yang diajari bahwa seks tabu, kotor dan dihukum karena minatnya terhadap seks, mungkin menjadi laki-laki dengan perilaku fetihisme atau obsesi.
Ciri-Ciri Sadomasokisme
         Ciri utama dari sadomasokis adalah munculnya nafsu birahi melalui rasa sakit. Ini jelas berbeda dengan orang normal yang birahinya lenyap justru kalau sedang sakit.
         Bagi penderita, rasa sakit merupakan pengalaman sensasional yang mendebarkan, merangsang dan membangkitkan libido seksual.
         ada dua pihak yang terlibat dalam perilaku seks aneh ini. Pihak sadis adalah pasangan yang memberikan rasa sakit atau hukuman, misalnya memukul dengan cemeti, mengikat dengan tali atau rantai, menyundut dengan rokok, dan sebagainya. Sebaliknya, pihak masokis adalah orang yang menerima rasa sakit, penghinaan atau orang yang dikendalikan oleh pasangannya.
Perilaku sadisme:
         Pemaksaan atau pemerkosaan, penolakan korban menjadi gairah seksual pelaku dalam melakukan aksinya. Semakin korban meronta, melawan, menangis maka pelaku semakin bersemangat.
         pemukulan sampai menimbulkan luka memar.
         Melukai bagian tubuh tertentu dari pasangannya sampai mengeluarkan darah.
         Melakukan penyiksaan seksual dengan pemaksaan atau sampai luka (melukai alat genital).
         Melakukan penyiksaan berat dengan menggunakan cambuk, kejutan listrik, dan sebagainya.
Yang Mempengaruhi Sadomasokisme
Sadomasokis adalah penyakit kelainan seksual yang dipengaruhi unsur kejiwaan.  Faktor yang mempengaruhi perilaku sadomasokisme antara lain faktor stress 66.70%, faktor rasa bersalah 61.70%, faktor rasa tanggung jawab sebesar 38.30%.

Pencegahan Sadomasokisme
·         Pencegahannya adalah seperti mengajari anak-anak untuk mengenali perilaku orang dewasa yang tidak pantas, menolak bujukan, jika itu terjadi segera menjauh dari situasi tersebut dan melaporkan insiden tersebut kepada orang dewasa yang tepat.
·         Anak-anak diajari untuk mengatakan ‘tidak’ secara tegas dan asertif apabila ada orang dewasa yang berbicara kepada mereka atau menyentuh mereka dengan cara yang membuat mereka merasa tidak nyaman.
·         Para penyuluh dapat menggunakan buku-buku komik., film, dan gambaran tentang situasi berisiko dalam upaya mengajarkan tentang karakteristik penganiayaan seksual dan bagaimana cara anak-anak melindungi diri mereka sendiri.
pengobatan sadomasokisme
·         Terapi perilaku-kognitif digunakan untuk mengubah pola parafiliak yang dipelajari dan mengubah perilaku untuk membuatnya dapat diterima secara social. Intervensinya mencakup pelatihan keterampilan social, edukasi seks, pembentukan ulang kognitif (melawan dan merusak rasionalisasi yang digunakan untuk menyokong pencarian korban lain), dan pembentukan empati terhadap korban.
·         Psikoterapi berorientasi tilikan merupkan pendekatan terpai yang berlangsung lama. Secara khusus,mereka menjadi sadar akan peristiwa sehari-hari yang menyebabkan mereka melakukan impuls mereka. Terapi membantu mereka menghadapi stress kehidupan dengan lebih baik dan meningkatkan kapasitas untuk berhubungan dengan pasangan hidup. Psikoterapi juga memungkinkan pasien memperoleh kembali kepercayaan dirinya yang selanjutnya akan memungkinkan mereka mendekati pasangan dengan cara seksual yang lebih normal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar