Sabtu, 18 Juni 2016

EPILEPSI

SKENARIO 8
Pasien a.n F.S berusia 3 tahun 9 bulan, masuk ke IGD. Didapatkan hasil pasien kejang dan mengalami kekakuan otot, serta mengalami penurunan kesadaran.
Berdasarkan keterangan keluarga pasien, klien kadang mengalami hal ini.
Tanda-tanda vital didapatkan hasil bahwa TD: 110/80 mmHg, R: 28x/m SB. 37.8 0C. Keluarga klien tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dan Sering

Bertanya masalah ini kepada petugas kesehatan. Didapatkan hasil KakuKuduk (-) Brudzinsky 1 dan 2 (-)


1.      KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
a.       Kaku kuduk : merupakan kaku pada saat fleksi buka kaku saat ekstensi atau rotasi, kaku kuduk (+) jika dagu tidak dapat menyentuh dada.
b.      Brudzinsky :  gerakan fleksi sendi lutut dan paha segera terjadi ketika kepala diangkat dari bantal, Brudzinsky  I (+) jika bersamaan dengan pemeriksaan kaku kuduk terlihat fleksi sejenak pada tungkai bbawah, Brudzinsky II (+)jika terlihat adanya fleksi kaki kontralateral atau yang tidak mengalami parese, Brudzinsky III(+) jika bersamaan dengan pemeriksaan terdapat fleksi pada kedua lengan, Brudzinsky IV (+) jika bersamaan dengan pemeriksaan terlihat fleksi pada kedua tungkai bawah.
c.       Kejang : merupakan gerakan atau perilaku abnormal akibat aktivitas listrik di otak yang tidak biasa.
d.      Tekanan darah adalah jumlah tenaga darah yang ditekan terhadap dinding Arteri (pembuluh nadi) saat jantung memompakan darah ke seluruh tubuh manusia. Batas normal tekanan darah : (Nursalam,2013)
Usia
Tekanan Darah
Bayi
70-90/50 mmHg
Anak-Anak
80-100/60 mmHg
Remaja
90-110/66 mmHg
Dewasa Muda
110-125/60-70 mmHg
Dewasa Tua
130-150/80-90 mmHg

Catatan :
Hipotensi                           : Kurang dari 90/60 mmHg
Normal                              : 90-120/60-80 mmHg
Pre Hipertensi                   : 120-140/80-90 mmHg
Hipertensi Stadium 1        : 140-160/90-100 mmHg
Hipertensi Stadium 2        : Lebih dari 160/100 mmHg
e.       Nadi adalah sensasi denyutan seperti gelombang yang dapat dirasakan/dipalpasi di arteri perifer, terjadi karena gerakan atau aliran darah ketika kontraksi jantung. Berikut batas nadi normal : (dr kita,2007)
Usia
Nadi
Bayi
120-130x/menit
Anak-Anak
80-90x/menit
Dewasa
70-80x/menit
Lansia
60-70x/menit

Catatan :
Takikardia (Nadi di atas normal)     : Lebih dari 100x/menit
Bradikardia (Nadi dibawah normal) : Kurang dari 60x/menit
f.       Pernapasan adalah suatu proses pertukaran antar oksigen dan karbondioksida yang tidak disadari (diatur oleh batang otak) dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernapasan. Berikut adalah pernapasan normal pada setiap usia : (dr kita,2007)
Usia
Pernapasan
Bayi
30-40x/menit
Anak-Anak
20-30x/menit
Dewasa
16-20x/menit
Lansia
14-16x/menit

Catatan :
Dispnea                 : Pernapasan yang sulit
Takipnea                : Pernapasan lebih dari normal (lebih dari 20 x/menit)
Bradipnea              : Pernapasan kurang dari normal (kurang dari 20 x/menit)
Apnea                    : Pernapasan terhenti
Ipnea                     : Pernapasan normal
2.      KATA KUNCI
a.       A.n Fs berusia 3 th 9 bulan
b.      Kejang
c.       Kekakuan otot
d.      Penurunan kesadaran
e.       TD : 110/80mmhg
f.       R : 28x/m
g.      SB : 37,8OC
h.      Kakukuduk : (-)
i.        Brundzinsky 1dan 2: (-)

3.      MIND MAP
EPILEPSI UMUM
Epilepsi umum dibagi atas beberapa jenis :
a.        Epilepsi petit mal (absens)
Epilepsi yang mengakibatkan  gangguan kesadaran secara mendadak dimana seseorang menjadi seperti bengong tidak sadar tanpa reaksi.
b.      Epilepsi Grand mal (tonik-klonik)
Epilepsi yang yang terjadi secara mendadak, dimana penderitanya kehilangan kesadaran lalu kejang-kejang dengan nafas bunyi ngorok dan mengeluarkan busa,
c.       Epilepsi Myoklonik
Epilepsi yang mengakibatkan terjadinya kontraksi singkat pada satu atau beberapa otot mulai dari yang ringan tidak terlihat sampai yang menyentak hebat seperti jatuh tiba-tiba dan lain sebagainya.
EPILEPSI PARSIAL
Jenis epilepsi parsial dibagi atas dua :
a.       Epilepsi Parsial Sederhana
Epilepsi yang tidak disertai oleh hilangnya kesadaran dengan gejala kejang-kejang, rasa kesemutan atau rasa kebal disuatu tempat yang berlangsung dalam hitungan menit atau jam.
b.      Epilepsi Parsial Kompleks
Epilepsi yang disertai gangguan kesadaran yang dimulai dengan gejala parsial sederhana namun ditambah dengan halusinasi, terganggunya daya ingat, seperti bermimpi, kosong pikiran, dan lain sebagainya. Epilepsi jenis ini bisa menyebabkan penderita melamun, lari tanpa tujuan, berkata-kata sesuatu yang diulang-ulang dan lain sebagainya.
MENINGITIS
Meningitis adalah radang pada membrane pelindung yang menyelubungi otak dan susm-sum tulang belakang yang secara kesatuan disebut meningen.
Etiologi :
Infesksi oleh virus,bakteri atau juga mikroorganisme lain.dan walaupun jarang disebebkan oleh obat tertentu.
Manifestasi klinik :
Gelisah, Demam tinggi kaki dan tangan terasa dingin, Terlihat bingung, Lemas dan kurang responsi,mungkin ada ruam mmerah yang tidak hilang,kejang-kejang,mudah mengantuk.
-           
KEJANG
 


Lembar ceklis
No
Manifestasi klinis
Epilepsi Umum
Epilepsi persial
Meningitis
1.       
Kejang
ü   
ü   
ü   
2.       
Kekakuan otot
ü   
ü   

3.       
Penurunan kesadaran
ü   

ü   
4.       
TD : 110/80 mmHg
ü   
ü   

5.       
RR : 28x/menit
ü   


6.       
SB : 37,8 oC
ü   



4.      PERTANYAAN PENTING
1.      Apa yang menyebabkan klien kejang  ?
2.      mengapa klien mengalami kekakuan otot ?
3.      Mengapa klien mengalami penurunan kesadaran ?
4.      Bagaimana pemeriksaan kaku kuduk ?
5.      Bagaimana   pemeriksaan Brudzinsky ?
5.      JAWABAN PERTANYAAN
1.      Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran.
2.      Kaku otot terjadi karena pada saat kejang otot terus menerus melakukan aktivitas sehingga otot tidak mampu berkontraksi lagi. Keadaan tersebut disebakan oleh kelelahan otot. Karena terjadi kerusakan saraf akibat lepasnya muatan listrik pada otak yang secara berlebihan sehingga implus listrik menyebar ke seluruh tubuh maka dia akan menyerang bagian otot.
3.     Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebridan  Ascending Reticular Activating System (ARAS) Jika terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran dengan berbagai tingkatan.Ascending Reticular Activating System merupakan suatu rangkaian atau network system yang dari kaudal berasal dari medulla spinalis menuju rostral yaitu diensefalon melalui brain stem sehingga kelainan yang mengenai lintasan ARAS tersebut berada diantara medulla, pons, mesencephalon menuju ke subthalamus, hipothalamus, thalamus dan akan menimbulkan penurunan derajat kesadaran.
4.      - Caranya: Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang baring. Kepala ditekuk (fleksi), usahakan agar dagu menyentuh dada.
-     Interpretasi: kaku kuduk (+) bila terasa ada tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.
-     Kaku Kuduk (+) dijumpai pada meningitis, miositis otot kuduk, abses retrofaringeal, arthritis di servikal.
5.      a. Brudzinski I (Brudzinski’s Neck Sign)
-       Caranya: Tangan ditempatkan di bawah kepala yang sedang baring. Kita tekuk kepala (fleksi) sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.


Tes Brudzinski I

-       Interpretasi: Tanda brudzinski I (+) bila terdapat fleksi pada kedua tungkai

b. Brudzinski II (Brudzinski’s Contra-Lateral Leg Sign)
-       Caranya: Pada pasien yang sedang baring, satu tungkai di fleksikan pada persendian panggul, sedang tungkai yang satunya lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus).

Tes Brudzinski II

-       Interpretasi: Tanda Brudzinski II (+)  bila tungkai yang satunya ikut pula terfleksi.
c.  Brudzinski III
-       Caranya: Tekan os zigomaticum
-       Interpretasi: Tanda Brudzinski III (+) bila terjadi fleksi involunter ekstremitas superior (lengan tangan fleksi)

d. Brudzinski IV
-       Caranya: Tekan simfisis ossis pubis (SOP)
-       Interpretasi: Tanda Brudzinski IV (+) bila terjadi fleksi involunter ekstremitas inferior (kaki)

6.      TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
1.      Bagaimana pemeriksaan penunjang pada epilepspi
2.      Bagaiman tes daya ingat yang digunakan pada epilepsi anak


7.      INFORMASI TAMBAHAN
1.      Pemeriksaan penunjang pada epilepspi
a.       PEMERIKSAAN FISIK DAN  NEUROLOGI.
Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis, dapat dilihat  adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan  epilepsi seperti trauma kepala, gangguan kongenital, gangguan  neurologik fokal atau difus, infeksi telinga atau sinus. Sebab-sebab terjadinya serangan epilepsi harus dapat ditepis melalui pemeriksaan fisik dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Untuk penderita anak-anak, pemeriksa harus memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukan awal ganguan pertumbuhan otak unilateral.
b.      PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Pemeriksaan cairan cerebrospinal pada anak dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi yang merupakan salah satu penyebab dari epilepsi. Hitung darah lengkap dilakukan pada klien dengan trauma kepala karena dapat terjadi peningkatan atau penurunan yang mencolok pada jumlah hematokrit dan trombosit. Elektrolit seperti Ca total, dan magnesium serum sering kali diperiksa pada saat pertama kali terjadi serangan kejang karena akan terdapat perubahan pada jumlah elektrolit tersebut., uji glukosa biasa dilakukan pada bayi dan anak kecil yang mengalami epilepsi untuk mendeteksi adanya hipoglikemia yang biasanya terjadi.
c.       PEMERIKSAAN ELEKTROENSEFALOGRAFI.
Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan elektroensefalografi ( EEG). Pemeriksaan EEG rutin sebaiknya dilakukan perekaman pada waktusadar dalam keadaan istirahat, pada waktu tidur, dengan stimulasi fotik dan hiperventilasi.Pemeriksaan EEG ini adalah pemeriksaan laboratorium yang penting untuk membantu diagnosis epilepsi dengan beberapa alasan sebagai berikut ( Duncan, Kirkpatrick, Harsono 2001, Oguni 2004)
 












d.      PEMERIKSAAN VIDEO – EEG.
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada keraguan untuk memastikan diagnosis epilepsy atau serangan kejang yang bukan oleh karena epilepsi atau  bila pada pemeriksaan rutin EEG hasilnya negatif tetapi serangan kejang masih saja terjadi , atau juga perlu dikerjakan bila pasien epilepsi dipertimbangkan   akan dilakukan terapi pembedahan. Biasanya pemeriksaan Video - EEG ini berhasil membedakan apakah serangan kejang  oleh karena epilepsi atau bukan dan biasanya selama perekaman dilakukan secara terus menerus dalam waktu 72 jam,  sekitar 50 – 70 % dari hasil rekaman dapat menunjukkan  gambaran serangan kejang epilepsi ( Kirpatrick,Sisodiya,Duncan 2000, Stefan ,2003).

 




e.       PEMERIKSAAN RADIOLOGI.
CT Scan ( Computed Tomography Scan ) kepala dan MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) kepala adalah untuk melihat apakah ada atau tidaknya kelainan struktural diotak (Harsono 2003, Oguni 2004)
CT Scan kepala ini dilakukan bila pada MRI ada kontra indikasi  namun demikian pemeriksaan MRI kepala ini merupakan prosedur pencitraan otak pilihan untuk epilepsi dengan sensitivitas tinggi dan lebih spesifik dibanding dengan CT Scan. Oleh karena dapat mendeteksi lesi kecil diotak, sklerosis hipokampus, disgenesis kortikal, tumor dan hemangioma kavernosa, maupun epilepsi refrakter yang sangat mungkin dilakukan terapi pembedahan. Pemeriksaan MRI kepala ini biasanya meliputi “T 1 dan T 2 weighted“  dengan minimal dua irisan yaitu irisan axial, irisan coronal dan irisan saggital ( Duncan, Kirkpatrick, Kustiowati dkk 2003).


2.      Tes daya ingat yang digunakan adalah subtes dari Wechsler Intellegence Scale for Children-III, yaitu tes perhatian dan konsentrasi. Tes daya ingat dilakukan oleh seorang psikolog. Tes perhatian meliputi tes visual dan verbal.
a.       Tes visual menggunakan gambar kucing dan wajah (visual search). Pada tes visual gambar kucing, subyek diminta mencari gambar kucing dari sekumpulan gambar. Tes ini hanya merupakan latihan untuk mencari gambar, dengan lama tes 120 detik. Kemudian dilanjutkan tes visual kedua dengan meminta subyek  mencari gambar mimik wajah yang sesuai dari sekumpulan gambar mimik wajah yang berbeda-beda, waktu 120 detik. Skor tesini adalah jumlah gambar yang benar dikurangi jumlah yang salah.
b.      Tes verbal dilakukan dengan digit span forward (hitung maju). Subyek diminta menirukan angka yang disebutkan pemeriksa, dimulai dengan 3 digit angka sampai maksimal 9 digit, masing-masing digit dilakukan tes dua kali. Tes dihentikan apabila subyek tidak dapat menirukan kembali dua kali digitangka dengan urutan yang benar. Jumlah digit yang dapat disebutkan dengan urutan yang benar merupakan hasil tes verbal. Tes konsentrasi dengan menggunakan digit span backward. Subyek diminta menirukan angka yang disebutkan pemeriksa, tetapi dengan urutan yang terbalik, dimulai dengan 2 digit sampai maksimal 8 digit. Masing-masing digit dilakukan tes dua kali. Tes dihentikan apabila subyek tidak dapat menyebutkan dengan benar urutan angka yang dibalik. Skor tes adalah jumlah digit yang dapat disebutkan dengan urutan dibalik.
8.      KLARIFIKASI INFORMASI
1.      Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utoyo Sunaryo tentang DIAGNOSA EPILEPSI yang di publish oleh Wijaya Kusuma volume 1, nomor 1, jaunari 2007, Hal. 49 – 56. Didapatkan hasil bahwa Pada kebanyakan pasien epilepsi, diagnosis dapat dibuat dengan mengetahui secara lengkap riwayat penyakit ,  pemeriksaan fisik dan neurologi, pemeriksaan elektroensefalografi dan pencitraan otak. Akan tetapi pada pasien epilepsi tertentu diperlukan pemeriksaan melalui rekaman video – EEG. ( Jurnal Dilampirkan )
2.      Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mustarsid, Fadhilah Tia Nur, Shinta Riana Setiawati, Harsono Salimo tentang PENGARUH OBAT ANTI EPILEPSI TERHADAP GANGGUAN DAYA INGAT PAD EPILEPSI ANAK yang di publish oleh Sari Pediatri, volume 12, nomor 5, februari 2011, hal. 302-306. Didapatkan Hasil. Gangguan daya ingat dialami 46% subyek di antara 50 subyek yang diteliti. Analisis bivariat mendapatkan pengaruh lama pengobatan lebih dari 2 tahun dengan OR 13,14 (CI 95% 3,29-2,47), jumlah obat anti epilepsi lebih dari satu obat dengan OR  0,6 (CI 95% 0,18-2,02). Analisis regresi logistik ganda mendapatkan faktor yang mempengaruhi daya ingat adalah lama pengobatan lebih dari 2 tahun dengan OR 17,3 (CI 95% 1,13- 279,17).dan kesimpulannya Gangguan daya ingat dialami 46% pasien epilepsi anak. Lama pengobatan lebih dari dua tahun berpengaruh  terhadap terjadinya gangguan daya ingat pada pasien epilepsi anak. ( Jurnal Dilampirkan )
9.      ANALISA DAN SINTESA KASUS
Epilepsi umum dibagi atas beberapa jenis : Epilepsi petit mal (absens) Epilepsi yang mengakibatkan  gangguan kesadaran secara mendadak dimana seseorang menjadi seperti bengong tidak sadar tanpa reaksi. Epilepsi Grand mal (tonik-klonik) Epilepsi yang yang terjadi secara mendadak, dimana penderitanya kehilangan kesadaran lalu kejang-kejang dengan nafas bunyi ngorok dan mengeluarkan busa, Epilepsi Myoklonik Epilepsi yang mengakibatkan terjadinya kontraksi singkat pada satu atau beberapa otot mulai dari yang ringan tidak terlihat sampai yang menyentak hebat seperti jatuh tiba-tiba dan lain sebagainya. Berdasarkan tanda dan gejalah dari epilepsi umum sesuai dengan keluhan klien dari kasus diatas, sehingga kelompok kami menyimpulkan bahwa kasus diatas klien menderita epilepsi umum.
10.  LAPORAN DISKUSI
v  Konsep Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Identitas Pasien
Nama                                 : A.n FS
Umur                                 : 3 th 9 bulan
Agama                               : -
Jenis kelamin                     : -
Status                                : -
Pendidikan                                    : -
Pekerjaan                           : -
Suku bangsa                      : -
Alamat                              : -
Tanggal masuk                  : -
Tanggal pengkajian           : -
No. register                       : -
Diagnosa medis                 : -
b.      Identitas Penanggung Jawab
Nama                                 : -
Umur                                 : -
Hub. Dengan pasien          : -
Pekerjaan                           : -
Alamat                              : -
Ø  Status Kesehatan
a.       Status Kesehatan Saat Ini
·      Keluhan Utama : Kejang
·      Alasan Masuk Rumah Sakit : klien masuk ke IGD. Didapatkan hasil pasien kejang dan mengalami kekakuan otot, serta mengalamipenurunan kesadaranBerdasarkan keterangan keluarga pasien, klien  kadang mengalami  hal ini.
b.      Status Kesehatan Masa Lalu : tidak dikaji
Perawat perlu mencatat riwayat penyakit yang pernah dialami oleh pasien selain yang dialami sekarang, pengobatan yang telah diberikan, serta pembedahan yang pernah dialami.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga : tidak dikaji
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami klien atau ganguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan hormonal. Dalam mengidentifikasi informasi ini, tentunya perawat harus sudah dapat menerjemahkan informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana dan dimengerti oleh klien/keluarga. Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga, harus disertai dengan genogram.

d.      Status Sosial Ekonomi : tidak dikaji
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi banyak orang maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat melakukannya bersama-sama dengan klien. Menghindarkan pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan bersama-sama bagaiman klien dan keluarganya memperoleh makanan yang sehat dan bergizi, upaya mendapatkan pengobatan bila klien dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan kesehatan klien dan keluarga tetap optimal dapat mengungkapkan keadaan sosial ekonomi klien dan menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran.
e.       Psikososial dan Gaya Hidup : tidak dikaji
Dilakukan dengan mengkaji toleransi klien terhadap stres dan pola koping, stressor di rumah atau tempat kerja, kesempatan istirahat dan rekreasi, hubungan dengan keluarga, support system, kerja sama keluarga dalam perawatan, kebiasan seperti merokok, latihan, diet, dan pola tidur. Perawat juga mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit. Sejumlah gangguan endokrin yang serius mempengaruhi persepsi klien terhadap dirinya sendiri oleh karena perubahan-perubahan yang menyangkut perubahan fisik, fungsi seksual, reproduksi, dan lain-lain yang mempengaruhi konsep dirinya. Kemampuan klien dan keluarga dalam memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-obatan yang biasanya dapat berlangsung lama perlu dikaji.



Ø  Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan Umum
Didapatkan hasil pasien kejang dan mengalami kekakuan otot, serta mengalami penurunan kesadaran.
b.      Tanda-Tanda Vital
·      TD                   : 110/80 mmHg
·      SB                   : 37,8oC
·      P                      : 28x/menit
c.       Keadaan Fisik
·      Kepala             : Tidak dikaji.
·      Mata                : Tidak dikaji.
·      Leher               :  Tidak dikaji.
·      Abdomen        : Tidak dikaji.
·      Ektremitas       : Mengalami kekakuan otot.
Ø  Pemeriksaan nervus kranial
a.       Nervus Olfaktorius: tidak dikaji
Biasanya pada klien epilepsi tidak ad kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b.      Nervus Optikus: tidak dikaji
Tes ketajaman penglihatanpada kondisi normal.
c.       Nervus Okulomotorius, Trocklearis, Trigeminus: tidak dikaji
Dengan alasan yang tidak diketahui klien epilepsi mengeluh mengalami fotofobia (sensitif yang berlebihan terhadap cahaya).
d.      Nervus Abdusen: tidak dikaji
Pada klien epilepsi pada umumnya tidak didapatkan paralis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidk ada keluhan.
e.       Nervus Fasialis: tidak dikaji
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
f.       Nervus Vestibulokoklearis: tidak dikaji
Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g.      Nervus Glosofaringeus dan vagus: tidak dikaji
Kemampuan menelan baik.
h.      Nervus Aksesorius: tidak dikaji
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i.        Nervus Hipoglosus: tidak dikaji
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal
Ø  Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dikaji
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit. Tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan. Validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab perawat. Oleh karena itu pemahaman perawat terhadap berbagai pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan keberhasilannya. Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang menderita gangguan sistem endokrin, pemahaman perawat yang lebih baik tentang berbagai prosedur diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan.
Data Fokus
Data Subjektif
Data Objektif
1.      Keluarga klien mengatakan klien kejang dan mengalami kekakuan otot
2.      Keluarga klien mengatakan klien mengalami penurunan kesadaran
1.      TD : 110/80 mmHg
2.      RR : 28x/menit
3.      SB : 37,8˚C
4.      Kaku kuduk (-)
5.      Brudzinsky (-)


2.      Analisa Data
No
Analisa Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
1.       
Ds :
- Keluarga klien mengatakan  kejang serta mengalami penurunan kesadaran
- Keluarga klien mengatakan klien mengalami kekakuan otot

Do :
- TD : 110/80 mmHg
- RR : 28x/menit
- SB : 37,8˚C

Epilepsi

Penurunan kesadaran

Hipoventilasi

Hipoksia
 

Hipoksia otak
 

Dx. Perfusi jaringan srebral tidak efektif
Ketidakefektifan jaringan serebral
2.       
Ds :
-           
Do :
-          SB : 37,8˚C

Epilespsi
 

Pengeluaran energy listrik

Hiperaktifitas neuron
 

Metabolisme
 

ATP + Energi

Dx Resiko ketidakseimbangan Suhu Tubuh
Resiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh
3.       
Ds :
-          Keluarga klien tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dan sering bertanya masalah ini pada petugas kesehatan
Do :
-           
Epilepsi
 

Keluarga sering bertanya
 

Dx. Defisiensi pengetahuan
Defisiensi Pengetahuan

4.      Diagnosa Keperawatan
1)      Ketidakefektifan jaringan serebral (00024),
Domain 4 aktivitas/istirahat,
Kelas 4 respons kardiovaskular/pulmonal
2)      Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh (00005),
Domain 11 keamanan/perlindungan,
Kelas 6 termoregulasi
3)      Defisiensi pengetahuan (00126),
Domain 5 persepsi/kognisi,
Kelas 4 kognisi

No
Diagnosa
NOC
NIC
RASIONAL
1.
Ketidakefektifan prefusi jaringan serebral (00024)
Domain 4 : aktifitas / istirahat
Kelas 4: respon kardiovaskular dari pulmonal
Definisi
Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman nutrisi ke jaringan pada tingkat kapiler
Batasan karakterisrik
Data Subjektif :
1.      Keluarga klien mengatakan  kejang serta mengalami penurunan kesadaran
2.      Keluarga klien mengatakan klien mengalami kekakuan otot
Data Objektif :
1.      TD : 110/80 mmHg
2.      RR : 28x/menit
3.      SB : 37,8˚C
1.     Circoration Status
2.     Tisue prefosion : serebral
Tujuan Kriteria Hasil :
1.     Menunjukan fungsi sensori motori kranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan involunter
2.     Perfusi jaringan serebral
Observasi
1.    Pemantauan tekanan intrakranial (TIK)
2.    Pemantauan neurologis




3.    Menejemen sensasi perifer


Mandiri
4.     Gunakan sarung tangan untuk proteksi
5.     Batasi gerakan pada kepala, leher, dan pungung


6.     Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 – 45 derajat, bergantung pada kondisi pasien,
HE
7.    Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
Kolaborasi
8.    Berikan obat-obatan  anti epilepsy

1.    Untuk mengetahui tekanan intrakranial pada klien
2.    Mengumpulkan dan menganilisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologis
3.    Mencegah atau meminimalkan cidera atau ketidaknyamanan pada pasien yang mengalami perubahan sensasi
4.    Sebagai proteksi pada perawat

5.    Untuk mencegah terjadinya kerusakan yang parah pada bagian kepala,leher dan punggung
6.    Untuk melancarkan peredaran darah pada klien


7.    untuk mengetahui penyebab sensasi pada klien


8.    Untuk meningkatkan volume intravaskuler,sesuai program
2.
Resiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh (00005)
Domain 11: Keamanan/perlindungan
Kelas 6 : Termoregulasi
Definisi
Rentan mengalami kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam parameter norrmal, yang dapat mengganggu kesehatan.
Batasan Karakteristik :
Data Subjektif :
-
Data Objektif:
1.      SB: 37.8 0C
2.      R : 28x/menit
3.      TD : 110/80 mmHg


Thermoregulation
Kriteria Hasil :
1.   Suhu tubuh dalam rentang normal
Observasi
1.    Kaji tanda-tanda awal hipertermi atau hipotermi

2.    Monitor penurunan tingkat kesadaran
Mandiri
3.      Selimuti klien

4.      Kompres klien pada lipatan paha dan aksila

5.      Pertahankan suhu lingkungan yang stabil


6.      Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
HE
7.      Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan

8.      Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
Kolaborasi
9.      Berikan anti piretik jika perlu

10.  Kolaborasi pemberian cairan intravena

1.      Untuk melihat perubahan suhu yang terjadi pada anak
2.      Perawat dapat menkaji penyebab terjadinya penurunan kesadaran

3.      Menjaga klien tetap dalam keadaan hangat
4.      Menurunkan  panas klien

5.      Sirkulasi udara yang baik dapat membantu suhu yang stabil

6.      Mecegah terjadinya dehidrasi

7.      Agar keluarga mengetahui pengaturan suhu jika klien mengalami demam


8.      Keluarga harus mengetahui penangan cepat jika terjadi hipertermi
9.      Antipiretik digunakan sebagai obat penanganan hipertermi
10.  Untuk memenuhi cairan melalui vena

3.
Defisiensi Pengetahuan (00126)
Domain 5 : Persepsi/kognisi
Kelas 4 :  Kognisi
Definisi
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu
Batasan Karakteristik :
Data Subjektif :
1.      Keluarga klien tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dan sering bertanya masalah ini pada petugas kesehatan
Data Objektif :
-
-
1.      Knowledge: disease process
2.      Knowledge : health behavior
Kriteria Hasil :
1.      Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
2.      Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3.      Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Observasi
1.      Periksa keakuratan umpan-balik

Mandiri
2.         Mengajak keluarga berdiskusi tentang perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
HE
3.      Penyuluhan proses penyakit

Kolaborasi
4.      Diskusikan pilihan terapi yang tepat

1.      untuk memastikan bahwa klien dan keluarga memahami program terapi dan informasi lainnya yang relevan
2.      untuk mencengah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
3.      Membantu klien memahami informasi yang berhubungan dengan proses terapi

4.      Terapi yang tepat dapat membantu masalah keperawatan yang terjadi

DAFTAR PUSTAKA
Hartono, A. (2013). Kamus Keperawatan Sue Hinchliff. Jakarta: EGC.
Heather, H. T. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogja: Medi Action.
Nursalam. (2013). Ilmu kesehatan epilepsi pada anak. Jakarta: EGC.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB2 Keperawaratan Medikal Bedah ( Keperawatan Dewasa ). Yogyakarta: Nuha Medika.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2014). BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC. http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Volume.I.Nomor.1.Januari.2007/DIAGNOSIS%20EPILEPSI-Utoyo%20Sunaryo.pdf